Nyanyian Sang Mawar Merah
Tanggal 17 Agustus 2007 pukul 17.07. waktu dimana yang takkan pernah bisa terlupakan oleh mawar merah. Tempat dimana mawar merah dan sang merpati bertemu untuk terakhir kalinya menjadi saksi bisu dikehidupan masa depan. Hanya mereka yang tahu bagaimana indahnya pertemuan untuk mungkin yang terkhir. Saat sang surya mulai tenggelam, sejuta harapanpun terpendam tapi sang mawar merah mulai mengukir harapan dengan sebuah senyuman, senyuman untuk penyejuk jiwa yang kini entah kemana. Dengan sepenuh hati dia menanti dirinya kembali walau hanya berteman sepi ditengah kegelisahan ditempat yang subyi ini. Bunga yang layu kini mekar kembali berharap dia kembali untuk sebuah kekosongan hati. Mencoba untuk bersabar walau letih yang dirasa. Musim berganti dengan musim, tapi tak ada tanda akan keharirannya. Mungkin belum saatnya, akan tetapi berapa lama lagi sang mawar merah harus menunggu, menunggu dan menunggu dirinya yang meninggalkan saat langit biru dengan kesaksian bisu.
Memang takkan pernah selesai nyanyian harapan untuknya, harapan entah sampai kapan harus dinanti, yang mungkin jika dia kembali telah bersama yang lain. Memang sang mawar tak bisa berbuat apa-apa untuk ini semua, hanya pasrah dan mengenang yang dapat dilakukan.
Langit yang tetap membiru dan tak akan kelam, mungkin disaat itu untuk terus bisa bernyanyi dengan sejuta harapan, nyanyian harapan tak akan seindah dulu. Mungkin nyanyian ini akan diakhiri jika dia kembali bukan untuk mawar merah.
Mawar merah diatas nisan
Mengapa,
Indahnya kini tiada yang peduli
Sendiri lagi meniti jejak
Kekasih yang telah pergi
Kamboja putih bersenandung berguguran
Menyambut mesra dalam teras kematian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar