PENGARUH MARKETING
MIX TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN PADA UKM DI KOTA DEPOK
(contoh proposal)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang masalah
Perkembangan
perekonomian Indonesia secara nyata mengalami kemajuan pembangunan disegala
bidang, meskipun hampir beberapa tahun mengalami krisis ekonomi dan moneter.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah menghancurkan
perekonomian di negara ini. Perusahaan-perusahaan besar mengalami kerugian yang
besar karena terjadinya inflasi dan devaluasi mata uang terhadap mata uang asing,
akibatnya banyak perusahaan besar tersebut gulung tikar karena tidak mampu
untuk menutupi kerugian tersebut.
Namun
diluar dugaan, kehancuran perekonomian ini tidak terlalu berimbas pada usaha
kecil. Sektor usaha kecil ini tetap eksis dan tetap beroperasi dan berproduksi
menjalankan usahanya tersebut. Data statistik perekonomian menunjukkan
peningkatan jumlah usaha kecil menengah dibandingkan pada tahun 1998.
Tabel 1.1
Jumlah
UKM di Indonesia Tahun 2007-2011
Jenis Usaha
|
2007
|
2009
|
2010
|
2011
|
Usaha Mikro
|
49.750.000
|
52.757.950
|
53.720.000
|
55.154.000
|
Usaha Kecil
|
41.043
|
45.038
|
49.320
|
52.000
|
Usaha Menengah
|
30.257
|
34.014
|
37.420
|
39.650
|
Usaha Besar
|
3.798
|
4.119
|
4.212
|
4.372
|
Total
|
49.825.098
|
52.845.171
|
53.810.952
|
55.250.022
|
Sumber : BPS 2011
Dari
data diatas dapat diketahui bahwa jumlah usaha mikro di Indonesia memang sangat
banyak jumlahnya, setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup tajam. Industri
kecil yang bergerak pada industri kecil menjadi sektor yang berperan besar
mempertahankan perekonomian kita dari kehancuran yang lebih parah. (keberadaan usaha kecil dan menengah
benar-benar bermakna, diambil dari www.jabar.go.id/berita.php). Dalam
Perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan kelompok usaha
yang paling banyak jumlahnya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini tergolong
kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah yang memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap krisis global.
UMKM
dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara karena sektor
ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini selaras dengan apa yang
diungkapkan oleh Joseph Alois Schumpeter seorang ahli ekonomi Amerika bahwa
pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh kewirausahaan
(entrepreneurship) , dimana UMKM termasuk di dalamnya.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena
selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga
berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi
yang terjadi dinegara kita sejak beberapa tahun yang lalu, dimana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi
krisis tersebut. Tetapi ada juga kelemahan dari UMKM yaitu dalam mengakses
informasi diduga terkait langsung dengan kondisi faktor internal UMKM yang
dibayangi oleh UMKM yang sebenarnya memiliki pangsa pasar yang cukup besar
didunia internasional, belum banyak diketahui konsumen.
Indonesia saat ini memiliki 94 kota
otonom yang tersebar diseluruh provinsi yang ada, dari 94 kota otomom tersebut
salah satu kota tersebut adalah Kota Depok merupakan salah satu kota
metropolitan yang bukan merupakan ibukota provinsi, selain Tangerang dan
Bekasi. Perekonomian di Kota Depok berkembang sangat pesat, selain potensi jasa
dan perdagangan, keunggulan kota Depok lainnya dibandingkan dengan Bogor dan
Bekasi adalah sebagai basis kampus. Terdapat beberapa perguruan tinggi di kota
ini, yakni, Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia dan Universitas
Pembangunan Nasional. Seiring dengan hal tersebut, jumlah UMKM di Depokpun
terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data-data Dinas Pasar,
Koperasi dan UKM Kota Depok, jumlah UKM di Depok adalah 2.400 unit, yang
terdiri dari 2.352 pedagang kecil dan 48 usaha menengah.
Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul
isu menarik yang perlu diungkap dari fenomena diatas yaitu bagaimana strategi
pengembangan usaha berbasis marketing mix untuk meningkatkan volume penjualan pada
UMKM di kota Depok.
1.2
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan permasalahn diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
a.
Mengetahui pengaruh strategi produk terhadap peningkatan penjualan pada UMKM di
kota Depok.
b.
Mengetahui pengaruh strategi penetapan harga terhadap peningkatan penjualan
pada UMKM di kota Depok.
c.
Mengetahui pengaruh strategi promosi terhadap peningkatan penjualan pada UMKM
di kota Depok.
d.
Mengetahui pengaruh strategi saluran distribusi terhadap peningkatan penjualan
pada UMKM di kota Depok.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan diatas, pokok permasalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah
:
a.
Bagaimana strategi produk yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan pada UMKM
di kota Depok?
b.
Bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan
pada UMKM di kota Depok?
c.
Bagaimana strategi promosi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan pada
UMKM di kota Depok?
d.
Bagaimana strategi saluran distribusi yang dilakukan untuk meningkatkan
penjualan pada UMKM di kota Depok?
1.4
Hipotesis penelitian
Perumusan
hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho
:strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi saluran
distribusi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap peningkatan penjualan
UMKM.
Ha
: strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi saluran
distribusi secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan penjualan UMKM.
1.5
Model Penelitian
Gambar 1.1
Model Penelitian
BAB II
TELAAH
PUSTAKA
2.1
Kompilasi Penelitian Sejenis
Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Rina Rachmawati (2011) yang berjudul Peranan Bauran Pemasaran
(Marketing Mix) terhadap peningkatan penjualan (Sebuah Kajian Terhadap Bisnis
Restoran) menyimpulkan bahwa salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu
untuk menciptakan loyalitas konsumen adalah strategi marketing mix (bauran
pemasaran) yang meliputi product, price, promotion, dan physical
evidence atau place (Pawitra 1993). Dukungan faktor-faktor bauran
pemasaran (marketing mix) diharapkan mampu menciptakan kepuasan
pelanggan, yang berimbas kepada loyalitas pelanggan.
Menurut penelitian Zainal Abidin Umar (2012)
yang berjudul Strategi Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan
Ikan Tuna Olahan Pada PT. Betel Citra Seyan menyimpulkan bahwa aspek bauran
pemasaran yang meliputi produk, harga, distribusi dan promosi secara
bersama-sama berhubungan dengan volume penjualan ikan tuna olahan di PT. Betel
Citra Seyan Gorontalo. Secara parsial aspek bauran pemasaran yaitu meliputi
kualitas, jenis, dan bentuk produk sangat menentukan volume penjualan ikan tuna
olahan, Harga pembelian bahan baku dan sumber bahan baku dari nelayan
mempengaruhi volume penjualan ikan tuna olahan, sedangkan peranan promosi
kurang mempengaruhi volume penjualan. Berdasarkan analisis SWOT bahwa strategi
bauran pemasaran yang perlu dilakukan oleh PT. Betel Citra Seyan Gorontalo
adalah strategi intensif atau strategi terintegrasi.
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Nurlina,
Alimudin Laapo, dan Dafina Howara yang berjudul Analisis Keterkaitan Bauran
Pemasaran Dengan Tingkat Kepuasan Konsumen UKM Pengais Jaya Virgin Coconut Oil
Di Dessa Ampibado yang menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan
keterkaitan bauran pemasaran dengan tingkat kepuasan konsumen dengan
menggunakan taraf kepercayaan (confidence interval) 95% atau α = 0,05 diperoleh
bauran pemasaran (produk, harga, promosi dan distribusi) yang dilakukan oleh
UKM Pengais Jaya berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen. Baik secara parsial
(individu) maupun bersamasama, sehingga bauran pemasaran memiliki hubungan yang
sangat nyata terhadap kepuasan konsumen terutama bauran pemasaran (produk dan
harga).
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Wahju Wulandari (2012) yang berjudul Pengaruh Marketing Mix Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Waserda UKM Mart Koperasi Karyawan Widyagama Malang
menyimpulkan bahwa (1). Variabel produk (X1), harga (X2), promosi (X3),
lingkungan fisik (X4) dan pelayanan (X5) secara simultan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama
Malang; (2). Dari seluruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5), secara parsial
hanya variabel harga (X1) dan variabel lingkungan fisik (X4) yang berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian pada waserda UKM Mart Koperasi Karyawan
Perguruan Widyagama Malang; (3). Dari koefisien β (beta) sebesar 0.307 pada
variabel harga (X2) mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel
keputusan pembelian.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Tito Siswanto yang berjudul Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media
Pemasaran Usaha Kecil Menengah yang menyimpulakn bahwa sosial media sebagai IMC
(Integrated Marketing Communication) mampu memberikan keunggulan kompetitif
bagi UKM yang berfungsi untuk menarik pelanggan yang sudah ada maupun pelanggan
yang baru sosial media dengan segala berbagai fitur dan kelebihannya, terbukti
mampu memberikan fasilitas yang tidak kalah menarik dengan media lain yang
memebutuhkan biaya lebih tinggi dalam penggunaanya. Agar pelaku UKM dapat
mengikuti perkembangan informasi, peningkatan pemahaman dan kapasitas SDM
dibidang teknologi informasi perlu dilakukan, karena sesungguhnya UKM adalah
pelaku ekonomi yang secara nyata berperan strategis dalam ekonomi.
Suwarni
(2009) Marketing Mix Strategy dalam Meningkatkan Volume Penjualan, menyimpulkan bahwa tekanan utama dari marketing mix adalah pasar
karena pada akhirnya
produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan ke pasar. Kebutuhan pasar
dipakai sebagai dasar untuk menentukan macam produknya, demikian pula keadaan
pasar tehadap berbagai macam alternatif harga, promosi dan distribusi. Masalah
ini menunjukkan perusahaan untuk mengalokasikan kegiatan pemasarannya pada
masingmasing variabel marketing mix.
Menurut
Geraldy Tambayong (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Bauran Pemasaran
Pengaruhnya Terhadap Penjualan Sepeda Motor Yamaha Di PT.Sarana Niaga Megah
Kerta Manado menyimpulkan bahwa bauran pemasaran dalam hal ini variabel
produk dan harga berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Sedangkan
variabel tempat dan promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
penjualan Sepeda Motor. Karena itu perusahaan harus bisa mengembangkan strategi
dari segi tempat dan promosi antara lain harus bisa menambah dealer Sepeda
Motor Yamaha karena lokasi PT. Sarana Niaga Megah Kerta Manado yang bertempat
di Jl. Sudirman belumlah strategis. Sedangkan promosi harus lebih ditingkatkan
lagi agar volume penjualan sepeda motor bertambah pada PT. Sarana Niaga Megah
Kerta Manado.
Woro Utari (2011) dalam Analisis
Strategi Marketing Mix PT. Combiphar Serta Pengaruhnya Terhadap Peningkatan
Volume Penjualan menyimpulkan bahwa secara simultan produk, price, place dan
promotion berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan, demikian halnya
dengan uji parsial, berdasarkan hasil analisis data dengan uji t diperoleh
nilai t hitung untuk produk, price, place dan promotion semua mempunyai nilai
thitung dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 yang berarti bahwa secara
produk, price, place dan promotion secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap volume penjualan produk PT. Combiphar Surabaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Djamaluddin Karim, Jantje L. Sepang, dan Bode
Lumanauw dalam Marketing Mix Pengaruhnya Terhadap Volume Penjualan Pada PT.
Manado Sejati Perkasa Group menyimpulkan bahwa produk, promosi, harga
dan tempat secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap volume penjualan.
Hasil uji menunjukan tempat merupakan variabel yang dominan dalam penelitian
ini. Saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut: Manajemen PT. Manado
Sejati Perkasa Group sebaiknya memberikan perhatian pada strategi promosi dan
tempat untuk meningkatkan volume penjualan dan melakukan evaluasi terhadap
strategi produk dan harga yang kurang memberikan kontribusi terhadap
peningkatan volume penjualan agar keseluruhan strategi pemasaran dapat
memberikan kontribusi yang optimal.
Yakob Wandikbo, Dra. T.Tumbel, Msi., Drs.
L.F. Tamengkel, MM (2013) dalam Pengaruh Promosi Terhadap Peningkatan Penjualan
Sepeda Motor Honda Merk CBR 150cc Pada PT. Daya Adicipta Wisesa Kec. Kalawat
Maumbi Kab. Minahasa Utara menyimpulkan bahwa analisis yang pertama
adalah menggunakan metode korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh
r = 0,742 atau dengan kata lain Korelasi yang Kuat Positif antara Bauran
Promosi (X) dan Penjualan (Y) di PT. Daya Adicipta Wisesa Kec. Kalawat Maumbi
Kab. Minahasa Utara dimana bauran promosi sangat diberperan penting dalam
peningkatan penjualan sepeda Motor Honda merek CBR tersebut. Metode yang kedua
adalah regresi sederhana dimana bila kemudian bauran promosi dinaikkan sebesar
1 unit maka penjualan akan menjadi 3,5. Atau dengan kata lain variabel
independen dan dependen memiliki hubungan baik ketika nilai variabel independen
dinaikkan atau diturunkan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
penggunaan sejumlah teknik kuantitatif seperti statistik, model optimasi, model
informasi, atau simulasi komputer untuk membantu manajemen mengambil keputusan.
Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori
dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah dalam bentuk
angka atau numerik, sehingga Penelitian Kuantitatif diidentikkan dengan
Penelitian numerik. Penarikan kesimpulan pada penelitian Kuantitatif bersifat
deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu
yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.
3.2
Variabel Penelitian
Variabel
penelitian dari penelitian yang akan diteliti adalah peningkatan volume
penjualan sebagai variabel dependen (Y) dan strategi produk (X1), strategi
harga (X2), strategi promosi (X3) dan saluran distribusi (X4) sebagai variabel
independen (X).
3.3
Metode Analisis Data
Data
primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada pemilik UMKM berbasis
penjualan baju di Kota Depok akan diolah dengan menggunakan progam SPSS.
Sebelum data diolah akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
3.3.1
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2003), instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti. Butir pertanyaan dianggap valid jika nilai r-hitung
yang merupakan nilai dari Corrected Item
Total Correlation > dari r-tabel.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas sangat penting dalam
suatu penelitian. Menurut Supranto (2001), ada dua manfaat dalam memiliki skala
dengan keandalan tinggi (high reliability);
yaitu :
1. Dapat membedakan antara berbagai
tingkatan kepuasan lebih baik dari pada skala dengan keandalan rendah.
2. Besar kemungkinan bahwa kita akan
menemukan hubungan yang signifikan (sangat berarti) antara variabel yang
sebenarnya memang terkait satu sama lain (berkorelasi).
Reliabilitas juga merupakan ukuran suatu
kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan
dengan konstruk-konstruk pertanyaan pada kuisioner. Pengujian reliabilitas
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 dimana pengambilan keputusan dilakukan
jika angka reliabilitas Alpha > 0,60 maka item variabel tersebut dinyatakan
reliable, dan jika angka reliabilitas Alpha < 0.60 maka item variabel
tersebut dinyatakan tidak reliable.
3.6.2
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Multikolinieritas
Salah satu uji asumsi
klasik adalah uji multikolinieritas. Multikolinieritas adalah keadaan dimana
pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati
sempurna antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel
bebas (korelasi 1 atau mendekati 1). Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Untuk mendeteksinya
dengan cara menganalisis nilai tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai VIF yang dipakai adalah lebih kecil dari 10
dan nilai tolerance lebih dari 0,1 (Priyanto, 2012:151).
2.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antarvariabel bebas
dalam penelitian. Beberapa faktor yang menyebabkan adanya autokorelasi adalah tidak dimasukkannya
variabel bebas yang lain, misalnya pada suatu model regresi yang seharusnya
model tersebut terdiri dari empat variabel bebas dan satu variabel terikat,
dalam pembuatan model hanya memasukkan tiga variabel bebas. Untuk mengetahui
ada tidaknya autokorelasi, dapat dilihat dari nilai Durbin – Watson
test.
Tabel 3.1 Durbin Watson Test
Hasil
Perhitungan
|
Klasifikasi
|
Kurang dari 1,08
1,08 – 1,66
1,66 – 2,34
2,34 – 2,92
Lebih dari 2,92
|
Ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Tidak ada
autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Ada autokorelasi
|
3.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi
berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih
variabel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel
dependen dengan menggunakan variabel independen. Persamaan regresi linier
berganda dengan 3 variabel independen adalah sebagai berikut:
Y’=
a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana :
Y’ : nilai prediksi variabel
dependen
a : Konstanta, yaitu nilai Y’
jika X1, X2 dan X3 = 0
b1,b2,b3 : koefisien regresi, yaitu nilai
peningkatan atau penurunan variabel Y’ yang didasarkan variabel X1, X2 dan X3
X1-3 : Variabel independen (Strategi
Produk, Strategi Harga, Strategi Promosi, Strategi Distribusi)
3.6.4
Pengujian Hipotesis
1.
Uji statistik F
Uji F atau uji
koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah variabel
strategi produk (X1), strategi harga (X2), strategi promosi (X3), dan strategi
distribusi (X4) berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap peningkatan
volume penjualan (Y).
2.
Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (X1,X2,X3) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien
ini menunjukan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang
digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Adjusted R2 sama dengan 0,
maka tidak ada sedikitpun persentase pengaruh yang diberikan variabel
independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel yang digunakan
dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya Adjusted R2 sama dengan 1,
maka persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sempurna atau 100 %.
BAB IV
HASIL
KELUARAN YANG DIHARAPKAN
Hasil
keluaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh strategi
produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi distribusi berpengaruh
pada peningkatan volume penjualan baju pada UMKM di Kota Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar