weLcome to my bLog

dapatkan beberapa info yang telah saya posting
:)
semoga dapat bermanfaat bagi anda yang membacanya

Selasa, 29 April 2014

contoh proposal marketing mix



PENGARUH MARKETING MIX TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN PADA UKM DI KOTA DEPOK
(contoh proposal)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Perkembangan perekonomian Indonesia secara nyata mengalami kemajuan pembangunan disegala bidang, meskipun hampir beberapa tahun mengalami krisis ekonomi dan moneter. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah menghancurkan perekonomian di negara ini. Perusahaan-perusahaan besar mengalami kerugian yang besar karena terjadinya inflasi dan devaluasi mata uang terhadap mata uang asing, akibatnya banyak perusahaan besar tersebut gulung tikar karena tidak mampu untuk menutupi kerugian tersebut.
Namun diluar dugaan, kehancuran perekonomian ini tidak terlalu berimbas pada usaha kecil. Sektor usaha kecil ini tetap eksis dan tetap beroperasi dan berproduksi menjalankan usahanya tersebut. Data statistik perekonomian menunjukkan peningkatan jumlah usaha kecil menengah dibandingkan pada tahun 1998.
Tabel 1.1
Jumlah UKM di Indonesia Tahun 2007-2011
Jenis Usaha
2007
2009
2010
2011
Usaha Mikro
49.750.000
52.757.950
53.720.000
55.154.000
Usaha Kecil
41.043
45.038
49.320
52.000
Usaha Menengah
30.257
34.014
37.420
39.650
Usaha Besar
3.798
4.119
4.212
4.372
Total
49.825.098
52.845.171
53.810.952
55.250.022
Sumber : BPS 2011
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah usaha mikro di Indonesia memang sangat banyak jumlahnya, setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup tajam. Industri kecil yang bergerak pada industri kecil menjadi sektor yang berperan besar mempertahankan perekonomian kita dari kehancuran yang lebih parah. (keberadaan usaha kecil dan menengah benar-benar bermakna, diambil dari www.jabar.go.id/berita.php). Dalam Perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini tergolong kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis global.
UMKM dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Joseph Alois Schumpeter seorang ahli ekonomi Amerika bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh kewirausahaan (entrepreneurship) , dimana UMKM termasuk di dalamnya.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi dinegara kita sejak beberapa tahun yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Tetapi ada juga kelemahan dari UMKM yaitu dalam mengakses informasi diduga terkait langsung dengan kondisi faktor internal UMKM yang dibayangi oleh UMKM yang sebenarnya memiliki pangsa pasar yang cukup besar didunia internasional, belum banyak diketahui konsumen.
Indonesia saat ini memiliki 94 kota otonom yang tersebar diseluruh provinsi yang ada, dari 94 kota otomom tersebut salah satu kota tersebut adalah Kota Depok merupakan salah satu kota metropolitan yang bukan merupakan ibukota provinsi, selain Tangerang dan Bekasi. Perekonomian di Kota Depok berkembang sangat pesat, selain potensi jasa dan perdagangan, keunggulan kota Depok lainnya dibandingkan dengan Bogor dan Bekasi adalah sebagai basis kampus. Terdapat beberapa perguruan tinggi di kota ini, yakni, Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia dan Universitas Pembangunan Nasional. Seiring dengan hal tersebut, jumlah UMKM di Depokpun terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data-data Dinas Pasar, Koperasi dan UKM Kota Depok, jumlah UKM di Depok adalah 2.400 unit, yang terdiri dari 2.352 pedagang kecil dan 48 usaha menengah.
Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul isu menarik yang perlu diungkap dari fenomena diatas yaitu bagaimana strategi pengembangan usaha berbasis marketing mix untuk meningkatkan volume penjualan pada UMKM di kota Depok.


1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahn diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui pengaruh strategi produk terhadap peningkatan penjualan pada UMKM di kota Depok.
b. Mengetahui pengaruh strategi penetapan harga terhadap peningkatan penjualan pada UMKM di kota Depok.
c. Mengetahui pengaruh strategi promosi terhadap peningkatan penjualan pada UMKM di kota Depok.
d. Mengetahui pengaruh strategi saluran distribusi terhadap peningkatan penjualan pada UMKM di kota Depok.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, pokok permasalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana strategi produk yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan pada UMKM di kota Depok?
b. Bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan pada UMKM di kota Depok?
c. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan pada UMKM di kota Depok?
d. Bagaimana strategi saluran distribusi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan pada UMKM di kota Depok?

1.4 Hipotesis penelitian
Perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho :strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi saluran distribusi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap peningkatan penjualan UMKM.
Ha : strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi saluran distribusi secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan penjualan UMKM.

1.5 Model Penelitian



 









Gambar 1.1
Model Penelitian


BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kompilasi Penelitian Sejenis
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rina Rachmawati  (2011) yang berjudul Peranan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) terhadap peningkatan penjualan (Sebuah Kajian Terhadap Bisnis Restoran) menyimpulkan bahwa salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu untuk menciptakan loyalitas konsumen adalah strategi marketing mix (bauran pemasaran) yang meliputi product, price, promotion, dan physical evidence atau place (Pawitra 1993). Dukungan faktor-faktor bauran pemasaran (marketing mix) diharapkan mampu menciptakan kepuasan pelanggan, yang berimbas kepada loyalitas pelanggan.
Menurut penelitian Zainal Abidin Umar (2012) yang berjudul Strategi Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Ikan Tuna Olahan Pada PT. Betel Citra Seyan menyimpulkan bahwa aspek bauran pemasaran yang meliputi produk, harga, distribusi dan promosi secara bersama-sama berhubungan dengan volume penjualan ikan tuna olahan di PT. Betel Citra Seyan Gorontalo. Secara parsial aspek bauran pemasaran yaitu meliputi kualitas, jenis, dan bentuk produk sangat menentukan volume penjualan ikan tuna olahan, Harga pembelian bahan baku dan sumber bahan baku dari nelayan mempengaruhi volume penjualan ikan tuna olahan, sedangkan peranan promosi kurang mempengaruhi volume penjualan. Berdasarkan analisis SWOT bahwa strategi bauran pemasaran yang perlu dilakukan oleh PT. Betel Citra Seyan Gorontalo adalah strategi intensif atau strategi terintegrasi.
            Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurlina, Alimudin Laapo, dan Dafina Howara yang berjudul Analisis Keterkaitan Bauran Pemasaran Dengan Tingkat Kepuasan Konsumen UKM Pengais Jaya Virgin Coconut Oil Di Dessa Ampibado yang menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan keterkaitan bauran pemasaran dengan tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan taraf kepercayaan (confidence interval) 95% atau α = 0,05 diperoleh bauran pemasaran (produk, harga, promosi dan distribusi) yang dilakukan oleh UKM Pengais Jaya berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen. Baik secara parsial (individu) maupun bersamasama, sehingga bauran pemasaran memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap kepuasan konsumen terutama bauran pemasaran (produk dan harga).
            Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahju Wulandari (2012) yang berjudul Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Pada Waserda UKM Mart Koperasi Karyawan Widyagama Malang menyimpulkan bahwa (1). Variabel produk (X1), harga (X2), promosi (X3), lingkungan fisik (X4) dan pelayanan (X5) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang; (2). Dari seluruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5), secara parsial hanya variabel harga (X1) dan variabel lingkungan fisik (X4) yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada waserda UKM Mart Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang; (3). Dari koefisien β (beta) sebesar 0.307 pada variabel harga (X2) mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel keputusan pembelian.
            Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tito Siswanto yang berjudul Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah yang menyimpulakn bahwa sosial media sebagai IMC (Integrated Marketing Communication) mampu memberikan keunggulan kompetitif bagi UKM yang berfungsi untuk menarik pelanggan yang sudah ada maupun pelanggan yang baru sosial media dengan segala berbagai fitur dan kelebihannya, terbukti mampu memberikan fasilitas yang tidak kalah menarik dengan media lain yang memebutuhkan biaya lebih tinggi dalam penggunaanya. Agar pelaku UKM dapat mengikuti perkembangan informasi, peningkatan pemahaman dan kapasitas SDM dibidang teknologi informasi perlu dilakukan, karena sesungguhnya UKM adalah pelaku ekonomi yang secara nyata berperan strategis dalam ekonomi.
                Suwarni (2009) Marketing Mix Strategy dalam Meningkatkan Volume Penjualan, menyimpulkan bahwa tekanan utama dari marketing mix adalah pasar
karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan ke pasar. Kebutuhan pasar dipakai sebagai dasar untuk menentukan macam produknya, demikian pula keadaan pasar tehadap berbagai macam alternatif harga, promosi dan distribusi. Masalah ini menunjukkan perusahaan untuk mengalokasikan kegiatan pemasarannya pada masingmasing variabel marketing mix.
            Menurut Geraldy Tambayong (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Bauran Pemasaran Pengaruhnya Terhadap Penjualan Sepeda Motor Yamaha Di PT.Sarana Niaga Megah Kerta Manado menyimpulkan bahwa bauran pemasaran dalam hal ini variabel produk dan harga berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Sedangkan variabel tempat dan promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan Sepeda Motor. Karena itu perusahaan harus bisa mengembangkan strategi dari segi tempat dan promosi antara lain harus bisa menambah dealer Sepeda Motor Yamaha karena lokasi PT. Sarana Niaga Megah Kerta Manado yang bertempat di Jl. Sudirman belumlah strategis. Sedangkan promosi harus lebih ditingkatkan lagi agar volume penjualan sepeda motor bertambah pada PT. Sarana Niaga Megah Kerta Manado.
            Woro Utari (2011) dalam Analisis Strategi Marketing Mix PT. Combiphar Serta Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Volume Penjualan menyimpulkan bahwa secara simultan produk, price, place dan promotion berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan, demikian halnya dengan uji parsial, berdasarkan hasil analisis data dengan uji t diperoleh nilai t hitung untuk produk, price, place dan promotion semua mempunyai nilai thitung dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 yang berarti bahwa secara produk, price, place dan promotion secara parsial berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan produk PT. Combiphar Surabaya.
            Penelitian yang dilakukan oleh Djamaluddin Karim, Jantje L. Sepang, dan Bode Lumanauw dalam Marketing Mix Pengaruhnya Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Manado Sejati Perkasa Group menyimpulkan bahwa produk, promosi, harga dan tempat secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap volume penjualan. Hasil uji menunjukan tempat merupakan variabel yang dominan dalam penelitian ini. Saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut: Manajemen PT. Manado Sejati Perkasa Group sebaiknya memberikan perhatian pada strategi promosi dan tempat untuk meningkatkan volume penjualan dan melakukan evaluasi terhadap strategi produk dan harga yang kurang memberikan kontribusi terhadap peningkatan volume penjualan agar keseluruhan strategi pemasaran dapat memberikan kontribusi yang optimal.
           
            Yakob Wandikbo, Dra. T.Tumbel, Msi., Drs. L.F. Tamengkel, MM (2013) dalam Pengaruh Promosi Terhadap Peningkatan Penjualan Sepeda Motor Honda Merk CBR 150cc Pada PT. Daya Adicipta Wisesa Kec. Kalawat Maumbi Kab. Minahasa Utara menyimpulkan bahwa analisis yang pertama adalah menggunakan metode korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh r = 0,742 atau dengan kata lain Korelasi yang Kuat Positif antara Bauran Promosi (X) dan Penjualan (Y) di PT. Daya Adicipta Wisesa Kec. Kalawat Maumbi Kab. Minahasa Utara dimana bauran promosi sangat diberperan penting dalam peningkatan penjualan sepeda Motor Honda merek CBR tersebut. Metode yang kedua adalah regresi sederhana dimana bila kemudian bauran promosi dinaikkan sebesar 1 unit maka penjualan akan menjadi 3,5. Atau dengan kata lain variabel independen dan dependen memiliki hubungan baik ketika nilai variabel independen dinaikkan atau diturunkan.




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer untuk membantu manajemen mengambil keputusan. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah dalam bentuk angka atau numerik, sehingga Penelitian Kuantitatif diidentikkan dengan Penelitian numerik. Penarikan kesimpulan pada penelitian Kuantitatif bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.

3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian dari penelitian yang akan diteliti adalah peningkatan volume penjualan sebagai variabel dependen (Y) dan strategi produk (X1), strategi harga (X2), strategi promosi (X3) dan saluran distribusi (X4) sebagai variabel independen (X).



3.3 Metode Analisis Data
Data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada pemilik UMKM berbasis penjualan baju di Kota Depok akan diolah dengan menggunakan progam SPSS. Sebelum data diolah akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.3.1 Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2003), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Butir pertanyaan dianggap valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item Total Correlation > dari r-tabel.

2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas sangat penting dalam suatu penelitian. Menurut Supranto (2001), ada dua manfaat dalam memiliki skala dengan keandalan tinggi (high reliability); yaitu :
1. Dapat membedakan antara berbagai tingkatan kepuasan lebih baik dari pada skala dengan keandalan rendah.
2. Besar kemungkinan bahwa kita akan menemukan hubungan yang signifikan (sangat berarti) antara variabel yang sebenarnya memang terkait satu sama lain (berkorelasi).
Reliabilitas juga merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan pada kuisioner. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 dimana pengambilan keputusan dilakukan jika angka reliabilitas Alpha > 0,60 maka item variabel tersebut dinyatakan reliable, dan jika angka reliabilitas Alpha < 0.60 maka item variabel tersebut dinyatakan tidak reliable.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Salah satu uji asumsi klasik adalah uji multikolinieritas. Multikolinieritas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebas (korelasi 1 atau mendekati 1). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Untuk mendeteksinya dengan cara menganalisis nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai VIF yang dipakai adalah lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 (Priyanto, 2012:151).


2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antarvariabel bebas dalam penelitian. Beberapa faktor yang menyebabkan adanya autokorelasi adalah tidak dimasukkannya variabel bebas yang lain, misalnya pada suatu model regresi yang seharusnya model tersebut terdiri dari empat variabel bebas dan satu variabel terikat, dalam pembuatan model hanya memasukkan tiga variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, dapat dilihat dari nilai Durbin – Watson test.
Tabel 3.1 Durbin Watson Test
Hasil Perhitungan
Klasifikasi
Kurang dari 1,08
1,08 – 1,66
1,66 – 2,34
2,34 – 2,92
Lebih dari 2,92
Ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Ada autokorelasi

3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Persamaan regresi linier berganda dengan 3 variabel independen adalah sebagai berikut:
Y’= a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana :
Y’                    : nilai prediksi variabel dependen
a                      : Konstanta, yaitu nilai Y’ jika X1, X2 dan X3 = 0
b1,b2,b3          : koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y’ yang didasarkan variabel X1, X2 dan X3
X1-3                  : Variabel independen (Strategi Produk, Strategi Harga, Strategi Promosi, Strategi Distribusi)

3.6.4 Pengujian Hipotesis
1. Uji statistik F
Uji F atau uji koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah variabel strategi produk (X1), strategi harga (X2), strategi promosi (X3), dan strategi distribusi (X4) berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap peningkatan volume penjualan (Y).

2. Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1,X2,X3) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Adjusted R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya Adjusted R2 sama dengan 1, maka persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna atau 100 %.








BAB IV
HASIL KELUARAN YANG DIHARAPKAN
Hasil keluaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi distribusi berpengaruh pada peningkatan volume penjualan baju pada UMKM di Kota Depok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar